Penyemangatku (Dulu)
Hy guys...
Aku disini ingin menceritakan tentang seorang penyemangat, Apakah kalian
memiliki seorang penyemangat? Pasti kalian punya dong J menurutku seorang penyemangat itu sangat
dibutuhkan karena dengan adanya dia –penyemangat– apapun yang kita
lakukan terasa sangat menyenangkan. Setujukah kalian? Ah mungkin sebagian besar
dari kalian tidak sependapat dengan definisiku mengenai seorang penyemangat
tapi memang pendapat orang berbeda beda. Kali ini aku ingin membagi ceritaku
tentang dia –penyemangatku– yang membuat aku senang
melakukan kegiatan apapun tapi entah hal itu bisa terus terjadi atau tidak
sampai sekarang? mari baca ceritaku kawan J
***
Ketika umurku 15 tahun aku baru mengenal yang namanya cinta dan cinta itu
baru aku lihat dan rasakan padanya, entah ini bisa dinamakan cinta atau bukan
tapi ketika melihatnya jantungku berdetak begitu cepat. Aku mengenal dia. Ah
bukan lebih tepatnya aku tau dia tapi dia tak tau aku. Miris bukan? Ketika kamu
mengagumi seseorang pasti kamu sangat senang jika seorang yang kamu kagumi itu
dapat mengetahui atau melihat keberadaanmu? Tapi aku berbeda, aku mengaguminya
tapi dia tak tau tau itu.
Suatu hari aku diam diam mengambil nomer telpon dia –penyemangatku– pada handphone temanku, kebetulan teman sebangku aku cukup
dekat dengan dia –penyemangatku– . beberapa hari aku mengirimi dia pesan hanya
sebatas untuk mengingatkannya sholat, tak ada balasan darinya itu sudah biasa.
Sampai suatu hari aku mengirim sebuah pesan kembali padanya namun kali ini
pesanku cukup panjang dan pada saat itu pesanku dibalasnya, itu pertama kalinya
aku mendapat balasan darinya. Semenjak itu dia selalu membalas pesanku, dia
selalu bertanya “siapa namamu?” pada waktu itu aku takut memberitahukan
identitasku padanya, aku takut jika dia mengetahui siapa aku, dia tidak akan
lagi membalas pesanku. Lalu ketika dia bertanya aku selalu menjawab “Aku hamba
Allah”. Saat itu mungkin aku bisa disebut secret admirer karena di sekolah aku
hanya bisa melihatnya dari jauh. Suatu ketika aku sakit, tiga hari aku tak lagi
mengiriminya pesan, tak lagi mengingatkan dia sholat. Aku sempat berpikir.
Apakah dia akan merasa kehilanganku? Bodoh! Mana mungkin dia kehilanganku?
Siapa aku? Hanya sebatas pengagum rahasia pengecut yang tak berani memberitahukan
identitasku padanya. Seminggu berlalu akhirnya aku sembuh, aku membuka
handphoneku begitu banyak pesan masuk yang berisi doa dari teman-temanku agar
aku cepat sembuh dan aku kaget ketika melihat beberapa pesan dari dia
–penyemangatku– yang mengingatkan aku untuk sholat. Beberapa pesan darinya aku
buka dan tepat ketika pesan terakhir aku sangat kaget, dia bertanya “kamu
kemana? Kenapa tak lagi mengingatkanku untuk sholat?” seketika sudut bibirku
terangkat. Benarkah dia merasa kehilanganku?
Waktu berlalu begitu
cepat, setelah beberapa kali dia selalu bertanya padaku “siapa namamu?” akupun
bosan, aku lalu memberanikan diri memberitahukan identitasku. Aku takut tapi
ternyata apa yang aku pikirkan tidak seperti apa yang terjadi sekarang, dia
ternyata tau aku, dia mengenalku. Entah itu Cuma kebetulan atau bukan yang
pasti aku sangat senang.
“Bisakah kita
bertemu besok?” pertanyaan itu membuatku gugup. Jujur saja aku takut tapi
temanku bilang “jangan takut, sampai kapan kamu mau bersembunyi? Tunjukkan jati
dirimu padanya. Aku akan menemanimu menemuinya” akhirnya aku dan dia bertemu
dengan ditemani temanku. Pertama kali bertemu dengannya aku dan dia sama sama
diam, bingung. Beruntungnya aku membawa temanku itu, dia memecahkan keheningan
diantara kami dan akhirnya aku dan dia serta temanku itu saling bercanda.
Setelah dia
mengenalku, aku merasa dia lebih perhatian padaku. Aku dan dia selalu saling
mengingatkan untuk sholat. Hari hariku saat itu rasanya lebih indah, aku selalu
tersenyum dan bersemangat melakukan setiap kegiatan karena dia selalu berkata
“tersenyumlah, aku suka melihat senyummu”. Mungkin menurut kalian aku lebay
tapi memang begitulah aku, karena itu adalah kesan pertama aku menyukai seorang
laki-laki. Ketika aku dan dia berpapasan dia selalu menyapaku, menunjukkan
senyum terbaiknya begitu juga denganku. Setiap hari kamu saling mengirim pesan
namun kali ini ada yang berbeda, dia memanggilku dengan namaku namun diakhirnya
namaku dia memberikan kata ‘ku’. Apa maksudnya? Kata ‘ku’ adalah kata yang
menunjukkan kepemilikan. Apakah dia bermaksud menjadikanku sebagai miliknya? Ah
aku bingung. Suatu hari dia terplih menjadi calon Ketua Osis di sekolah, aku
ikut senang mendengarnya. Sebenarnya dari dulu dia –penyemangatku– memiliki
banyak pengagum dan beberapa dari pengagum itu ada di kelasku, aku tau itu dari
dulu bahkan sejak aku mengaguminya juga. Akhirnya dia terpilih menjadi ketua
osis, aku ikut senang dengan itu tapi semenjak dia menjabat sebagai ketua osis
dia banyak berubah, tak lagi mengirimku pesan bahkan ketika berpapasan dia tak
menyapaku. Awalnya aku berpikir mungkin dia sedang sibuk atau dia tidak
melihatku ketika berpapasan tapi beberapa minggu kemudian aku mendengar dia
sudah memiliki kakasih salah satu dari anggota osis. Pikiranku saat itu sudah
berubah ternyata dia memang menjauhiku.
Dia adalah
penyemangatku (Dulu)
Ini adalah
kisahku J kisahku tentang dia yang dulu pernah
menjadi penyemangatku J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar